iklan

Sabtu, 26 Februari 2011

Al Quran mengajak berbisnis

1044319 alquran mini1 Al Quran Mengajak Berbisnis (1)
Aktifitas bisnis adalah sebuah keniscayaan. Bisnis selalu berpengaruh besar dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Kekuatan ekonomi yang dibangun melalui bisnis bisa mempengaruhi gejolak maupun stabilitas politik suatu bangsa. Jatuh bangunnya setiap rezim pemerintahan kerap diawali oleh krisis ekonomi di negara tersebut yang gagal ditangani dengan baik. Hampir setiap manusia di dunia ini –dalam bentuk dan skalanya masing-masing- terlibat dalam urusan bisnis. Kini, bisnis telah memenuhi relung-relung kehidupan setiap individual, komunal, regional dan internasional.

Keterlibatan kaum muslimin, khususnya para aktifis da’wah (da’i), dalam dunia bisnis bukanlah suatu fenomena baru. Sejarah mencatat, da’wah Islam masuk kali pertama ke Nusantara ini di bawa oleh para da’i dari benua seberang yang diutus oleh Kekhalifahan Utsmaniyah, yang juga pebisnis ulung. Rasulullah saw sendiri terlibat dalam urusan bisnis selama belasan tahun untuk mem-back up kegiatan da’wahnya. Islam memang menganjurkan umatnya untuk melakukan kegiatan bisnis.
Namun, kaum muslimin saat ini menghadapi masalah yang dilematis. Di sebagian kalangan umat Islam, terutama yang sangat dipengaruhi faham sufiisme, beranggapan bahwa bisnis adalah “godaan duniawi” yang dapat menjauhkan umat dari “kelezatan ukhrawi”. “Biarlah orang-orang kafir itu kini berlomba membuat bangunan-bangunan megah di dunia. Kita, orang-orang beriman, tengah mempersiapkan membangun istana di surga kelak”. Sebenarnya golongan ini memerlukan uluran tangan untuk meringankan kehidupan ekonominya yang memprihatinkan, namun karena ideologi dan pilihan hidupnya, menyebabkan sulit bagi pihak lain untuk menolongnya keluar dari himpitan kebutuhan hidup yang rasional. Ketika para penganut mazhab ini semakin banyak dan berkembang, maka dapat dipastikan bahwa secara makro, kehidupan ekonomi bangsa di negara tersebut masuk dalam kategori “hidup di bawah garis kemiskinan”. Dampaknya adalah, tertinggalnya peradaban bangsa tersebut dalam pergaulan internasional.
Sementara, di sebagian kalangan umat Islam lainnya yang telah sadar akan pentingnya membangun kekuatan ekonomi, dihadapkan pada masalah ketidakpastian, kekaburan dan ketidakmengertian akan praktek-praktek bisnis yang benar menurut syari’at Islam. Mengingat jenis, bentuk, metode dan teknik-teknik bisnis yang berkembang sekarang ini belum pernah ada dan dipraktekkan di jaman Nabi. Perdagangan saat ini bukan saja meliputi produk barang dan jasa, tetapi bahkan merambah pada sektor ideologi dan idealisme. Komunitas massa dan jaringan pun kini dapat dikomersialisasi dan dimonetisasi. Pasar sebagai wahana transaksi bisnis, bukan lagi hanya terjadi di mall-mall atau bursa-bursa saham, tetapi juga di mimbar-mimbar parlemen yang terhormat. Uang atau surat berharga bukan lagi satu-satunya alat tukar pembayaran dalam transaksi, tetapi ada yang lebih istimewa, yakni posisi dan jabatan.
Selain karena hal-hal tersebut di atas adalah baru, bentuk dan jenis bisnis tersebut kini berkembang populer dan bahkan menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari sistem ekonomi dan praktek bisnis kontemporer. Sebagian umat Islam, terutama para aktifis da’wah dilanda kebingungan, apakah praktek-praktek bisnis tersebut sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, atau bertentangan. Fenomena semakin maraknya praktek-praktek bisnis jenis baru tersebut jelas mesti disikapi secara arif, agar umat Islam tidak terseret sikap ekstrim: meninggalkan sama sekali urusan duniawi yang telah dipenuhi oleh praktek bisnis kotor; atau terjun bebas mengikuti arus serba boleh dengan dalih: Prinsip Islam adalah membolehkan segala sesuatu dalam urusan muamalah, hingga ada nash yang jelas mengharamkannya!
Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjelaskan secara jernih praktek-praktek bisnis yang islami, sehingga dapat menjadi pijakan dalam mengarungi dunia bisnis.
Antara Amal (Kerja) dan Tijarah (Bisnis)
Islam Mewajibkan Kerja
Tidak sebagaimana ajaran beberapa agama, Islam memberikan ruang yang demikian luas dan menilai penting semua kerja yang produk¬tif. Kristen misalnya, menganggap kerja sebagai hukuman Tuhan yang ditimpakan pada manusia karena adanya dosa asal (original sin) yang dilakukan oleh Adam. Kerja keras untuk hidup tidak dianjurkan karena sangat bertentangan dengan kepercayaan terhadap Tuhan. [1] Manusia ideal menurut kepercayaan Hindu, adalah melakukan dis-asosiasi (pemutusan hubun¬gan) dengan segala aktivititas sosial serta semua kenikmatan apapun, dalam rangka mencapai kemanunggalan dengan Tuhan. [2] Sementara, pandangan Islam terhadap kerja (amal) bisa dilihat diantaranya dari ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini :
“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan¬Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)
“Barangsiapa yang mengerjakan perbuatan baik maka (hasilnya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (balasannya) untuk dirinya sendiri, dan sekali-kali Tuhanmu tidaklah me¬nganiaya hamba-hamba (Nya).” (Fushshilat: 46).
“Tak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhan-Mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, ber¬zikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” (Al-Baqarah : 198). [3]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan pernia¬gaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan jangan¬lah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya adalah Allah Maha Penya¬yang kepadamu.” (An-Nisa’ : 29).
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar dan menuju kepadanya dan mereka tinggal¬kan kamu sedang berdiri (berkhotbah). “Katakanlah apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan?” dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi rizki.” (Al-Jumu’ ah : 10-11).
“Dan tiap-tiap orang memperoleh hasil (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-An’ aam : 132).
Islam menetapkan kerja (amal) sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dirinya. Bukan hanya sebatas itu, Islam juga telah mengangkat kerja (amal) pada level ”Wajib” dengan menyebutkan kerja (amal) itu secara konsisten sebanyak 50 kali yang digandengkan dengan iman, alladzina amanu wa ‘amilu al-shalihat. [5] Karena adanya pene¬kanan terhadap amal (kerja) inilah yang membuat Abdul Hadi mengatakan: Al-Islamu ‘aqidatu ‘amalin wa ‘amalu ‘aqidatin (Islam adalah ideologi praktis sekaligus praktek ideologi). [6] Ismail Raji Al-Faruqi secara simpatik mengatakan bahwa Islam adalah a religion of actions (agama aksi). Saat menerangkan sikap Islam pada ekonomi dan bisnis, dia menyatakan: ”memenuhi dunia, ruang dan waktu dengan nilai-¬nilai, bukan hanya penting bagi agama namun ini adalah kepentingan agama.” [7]
Hubungan antara iman dan amal (kerja) itu sama dengan hubungan antara akar dan pohon. Yang salah satunya tidak mungkin bisa eksis tanpa adanya yang lain. Islam tidak mengakui bahkan menolak keimanan yang tidak membuahkan amal yang baik. [8] Al-Qur’an dengan tegas menga¬takan bahwasanya jika seorang Muslim selesai melakukan shalat Jumat, sebagai ibadah ritual pekanan, hendaknya dia kembali melakukan aktivitas kerjanya. Dengan kata lain, pekerjaan yang dia lakukan hanya bisa dihentikan dalam waktu sementara pada saat dia melakukan ibadah shalat. [9] Dengan berdasar¬kan perintah ayat Al-Qur’an (62: 10; 19; 93 dan 67: 15) Ibrahim Ath-Thahawi dan Abdul Mun’im Khallaf menyatakan bahwa kerja (amal) adalah sebuah faridhah (kewajiban) dimana setiap orang akan dimintai pertanggungan jawabnya. [10]
Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi, [11] dan Allah telah menundukkan semesta ini untuk kepentingan manusia. [12] Sebagai khalifah ia berkewajiban untuk membangun dunia ini dan mengeksplorasi sumber-sumber alamnya dengan cara yang benar dan profesional. Sebagaimana Allah berfirman,
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.” (Huud : 61).
Produktif dalam kehidupan bukan saja direkomendasikan oleh Islam, namun itu adalah sebagai tuntutan Islam

sumber:
http://zonaekis.com/al-quran-mengajak-berbisnis-1#more-1024

AL QURAN DALAM VISI ILMIAH Oleh : Fajar Adi Kusumo

Dan diantara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit
dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada
keduanya. Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila
dikehendaki-Nya” (QS. Asy Syuura (42) : 29)
Seperti telah kita ketahui bersama, Al Quran merupakan salah satu
mujizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk
digunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman. Sebagai
petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al Quran tidak akan menyimpang dari
Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan hasil perbuatan Allah sedangkan
Al Quran adalah merupakan hasil perkataan Allah. Karena Allah bersifat
Maha segala-galanya maka tidaklah mungkin perkataan Allah tidak sejalan dengan
perbuatan-Nya.
1 Al Quran Sumber Ilmu Pengetahuan
Apabila pada suatu malam yang cerah kita memandang ke langit maka akan
tampaklah oleh kita bintang-bintang yang sangat banyak jumlahnya. Pada zaman
dahulu orang memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu
yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di angkasa. Namun setelah
ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan juga semakin berkembang, orang
akhirnya mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gugusan
yang dinamakan galaksi yang dialam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar.
Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masingmasing
peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan
satu sama lain. Hal ini juga difirmankan oleh Allah SWT :
”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al Anbiyaa
(21) : 33)
Sehingga akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengakui
bahwa alam semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan
hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop
yaitu :
”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya
Kami benar-benar meluaskannya” (QS Adz Dzaariyaat (51) : 47)
Oleh karena itu Allah menyuruh umatnya untuk selalu memperhatikan dan
meyakini Al Quran secara ilmiah. Hal ini dijelaskan pula oleh Allah di dalam
1
surat An Nisaa ayat 82 yang artinya : ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al Quran ? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah
mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS An Nisaa (4) :
82)
Sebab kita memang harus mengakui bahwa ilmu pengetahuan itu bersumber
pada Allah. Sebagai contoh, di dalam ilmu fisika kita mengenal adanya
hukum kesetaraan masa dan energi, sedangkan massa adalah merupakan besaran
pokok dalam arti besaran yang ada dengan sendirinya, sedangkan massa
tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, lalu siapakah penciptanya ? Maka
kalau kita kembalikan kepada Ajaran Tauhid tentu kita akan menjawab bahwa
Allah-lah penciptanya.
2 Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa
Di dalam surat Qaaf ayat 38 Allah telah berfirman :
”Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak sedikitpun ditimpa keletihan”
(QS. Qaaf (50) : 38)
Karena ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah SWT dan pada ayat
diatas telah disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi berikut segala
isinya dalam enam masa, maka berdasarkan penelitian/teori dalam sejarah asal
mula alam semesta dan kehidupan dapat dikategorikan keenam masa itu sebagai
berikut :
Masa pertama : Pada awalnya keadaan langit dan bumi dalam suatu kesatuan
yang padu, hal ini disebutkan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya
yaitu :
”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemuadian Kami pisahkan
antara keduanya ..........” (QS Al Anbiyaa (21) : 30)
Kemudian menurut ”The Big Bang Theory” atau teori ekspansi ledakan
maka terjadi ledakan yang maha hebat yang akhirnya memisahkan kesatuan
yang padu tersebut. Karena kondisi sekeliling ledakan semula dalam keadaan
dingin maka hal ini mengakibatkan tejadinya kondensasi (penggumpalan). Penggumpalan
ini sebagai akibat dari penurunan energi (panas/kalor) yang sangat
drastis. Sebab menurut hukum Steffan Boltzman tentang radiasi/pancaran
panas disebutkan bahwa ”Jumlah energi radiasi tiap satuan waktu tiap satuan
luas sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya”. Oleh karena itu
apabila terjadi penurunan suhu sedikit saja maka penurunan energinya dalam
hal ini adalah energi radiasi kalor pasti menjadi sangat besar. Misal pada penurunan
suhu sebesar 2 maka penurunan energinya menjadi 24 = 16 satuan energi.
Dengan demikian maka kondensasi ini dapat dikategorikan sebagai masa yang
kedua dimana antara langit dan unsur-unsurnya telah terpisah.
2
Masa kedua : Pada masa ini gravitasi mulai berperan dan mulai muncul
galaksi-galaksi yang terdir atas bintang-bintang. Juga mulai muncul planetplanet
termasuk planet bumi yang terdapat dalam tatasurya matahari yang
merupakan bagian dari galaksi Bima Sakti.
Masa ketiga : Masa ini dikenal juga dengan masa Prekambrium (Precambrian
Era). Pada masa ini kondisi bumi masih cukup panas sehingga belum ada
makhluk yang hidup di bumi.
Masa keempat : Masa ini sering dikenal dengan zaman Paleozoikum (Paleozoic
Era). Pada masa ini di bumi mulai terdapat kehidupan sederhana yang ditandai
dengan munculnya tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan
perintis hingga munculnya hewan-hewan sejenis serangga dan hewan-hewan amphibia.
Masa Kelima : Masa ini dikenal pula dengan zaman Mesozoikum (Mesozoic
Era). Pada masa ini hewan-hewan sejenis reptil mulai muncul seperti burung
dan sejenisnya dan muncul pula hewan-hewan raksasa seperti Dinosaurus dan
sebagainya.
Masa Keenam : Masa ini juga disebut zaman Cenozoikum (Cenozoic Era).
Pada masa inilah mulai muncul hewan-hewan mamalia dan pada akhir dari
masa ini mulailah muncul sejarah manusia.
Dengan demikian jelas bahwa berdasar penelitian yang dilakukan oleh para
ahli, kejadian alam semesta ini dapat dikategorikan dalam enam masa, dimana
dua masa yang pertama adalah masa penciptaan bumi sedangkan 4 masa
berikutnya merupakan tahapan kejadian makhluk-makhluk bumi hingga terciptanya
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini sesuai dengan firman
Allah di dalam Al Quran yaitu :
”Katakanlah : Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya ? (Yang bersifat)
demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dan memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan
itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Fushshilat
(41) : 9-10)
3 Khatimah
Dari uraian diatas tampaklah bahwa Al Quran sebagai mujizat Allah kepada
Rasulullah SAWternyata mampu menjawab masalah-masalah mengenai rahasia
alam semesta dan hal ini telah dibuktikan dengan berbagai penelitian yang
dilakukan oleh para ahli.
Oleh karena itu marilah kita sebagai hamba Allah yang menggunakan Al
Quran sebagai pedoman hidup, selalu berusaha untuk meyakini, mengkaji, dan
mengamalkan Al Quran secara ilmiah agar dapat lebih membuka tabir rahasia
alam semesta yang merupakan Sunatullah.

Referensi
[1] Greenberg, Physics with Modern Applications
[2] George Gaylord Simpson & William S. Beck,LIFE an Introduction to Biology
[3] Grolier Electronic Publishing Inc, Grolier Multimedia Encyclopedia, 1995
[4] DepAg RI, Al Quran dan Terjemahannya

sumber:http://www.f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/alquran1.pdf

Keajaiban Al Quran dan Ilmu Pengetahuan

Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.
Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang dan teori ilmiyah lainnya menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)
Langit yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Menurut Stephen Hawkings dengan teori Big Bang, sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Teori lain seperti Inflationary juga berpendapat jagad raya terus berkembang. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Gunung yang Bergerak
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Diselamatkannya Jasad Fir’aun
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]
Foto Fir'aun Ramses 2Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II Dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya.  Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).
Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
Tulisan di atas hanyalah sebagian kecil dari keajaiban Al Qur’an yang ada dan ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Bagi yang ingin tahu lebih banyak silahkan baca buku referensi di bawah.
Jelas Al Qur’an itu benar dan tak ada keraguan di dalamnya.
”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
Jika agama lain bisa punya lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur’an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An Nisaa’:82]
Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang bisa dihafal jutaan manusia (Hafidz/penghafal Al Qur’an) sehingga keaslian/kesuciannya selalu terjaga.
.
Sumber:
Harun Yaya
Mukjizat Al Qur’an, Prof. Dr. Quraisy Syihab
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
http://harry.sufehmi.com/archives/2006-06-15-1181/

Jumat, 25 Februari 2011

Besi dalam Al Quran

Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:
"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)
Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.

sumber: http://www.keajaibanalquran.com/physics_iron.html

Kamis, 24 Februari 2011

kelahiran alam semesta dalam Al Qur'an

Penjelasan teori gravitasi ternyata sudah tertulis dalam Al-Quran. Jauh sebelum para ilmuwan berpikir

Alam semesta kita terbentuk sekitar 13,7 milyar tahun lalu melalui sebuah peristiwa yang dikenal dengan ledakan besar (Big Bang).  Sebelum terjadinya peristiwa itu tidak ada energi, tidak ada materi, tidak ada ruang dan waktu. Hingga energi materi beserta ruang dan waktu  keluar dari suatu kekuatan yang  sangat dahsyat yang berasal  suatu titik singularitas dengan temperatur dan kerapatan yang sangat tinggi. Maka sesuai dengan Q.S : Al-Anbiyaa’ ayat 30 : “Dan tidaklah orang-orang kafir itu melihat bahwa sama’ (ruang-waktu) dan ardh (ruang-materi) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya.”

Materi yang pertama kali muncul pada saat itu berbeda dengan materi antarbintang yang membentuk matahari dan bumi serta planet-planet. Sebab materi yang menyusun bintang-bintang dalam galaksi terutama terdiri dari molekul, atom, nukleus, dan elektron. Sedangkan kilatan yang ditemukan Wilson dan Penzias pada tahun 1964 sebagai radiasi gelombang mikro yang mengisi seluruh jagad raya, membuktikan alam semesta lahir dalam ledakan yang mengerikan dalam suhu yang tiada tara tingginya. Pada suhu 1032 derajat  tak hanya molekul dan atom saja yang tidak tahan; nukleus dan proton serta neutron yang membentuknya pun terurai menjadi zarah-zarah materi yang tidak dikenal di alam kita yang telah dingin ini.

Gejala inflasi mendorong alam membesar secara eksponensial. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. Adz-Dzariyaat ayat 47 : “Dan sama’ (ruang-waktu) itu Kami bangun dengan kekuatan dan sesungguhnya Kami-lah yang meluaskannya.“

Suhu alam saat itu sangat tinggi, diperkirakan dalam waktu seperjuta trilyun-trilyun-trilyiun sekon setelah penciptaan suhu alam berkisar sepuluh juta trilyun-trilyun derajat. Pendinginan yang sangat cepat akibat inflasi, menyebabkan materialisasi energi secara berangsur bersamaan dengan terciptanya alam-alam lain, selain alam semesta ini.  Kemunculan energi berada pada fase pertama dan materi nyata pada fase yang kedua sesuai dengan Q.S. Fushshilat ayat 9, “ Katakanlah patutkah kalian kufur kepada yang telah menciptakan ardh (ruang-materi) dalam dua  yaum (fase) dan kalian mempersekutukan-Nya; padahal Dia Tuhan semesta alam.”

Untuk kata yaum di sini tidak ditafsirkan sebagai hari, karena pada saat itu bumi belum terbentuk, maka definisi hari yang berasal dari perputaran rotasi bumi selama 24 jam tentunya tidak dapat digunakan, maka yaum dipahami sebagai jangka waktu; periode atau fase.

Kelahiran materi dalam ruang alam memunculkan spin partikel sub nuklir, elektron, photon hingga ditetapkan sebagai gaya gravitasi, nuklir kuat, nuklir lemah dan elektromagnetis. Keempat gaya tersebut juga telah dijelaskan dalam Al-Quran Q.S. Fushshilat ayat 10 “Dan atasnya Dia ciptakan rawasiy dan memberkahinya  serta menentukan aqwatnya dalam empat yaum sebagai jawaban bagi yang bertanya.”

Yang perlu dipahami rawasiy dalam ayat ini umumnya ditafsirkan sebagai gunung-gunung di bumi, yang notabene  pada saat penciptaan alam semesta tentunya belumlah ada. Maka pengertian yang dapat kita ambil adalah tambatan. Seperti tambatan kapal, sesuatu yang sangat kokoh dan sangat sukar digoyangkan. Apakah yang terdapat dalam materi yang masih berbentuk partikel sub nuklir yang bersifat kokoh dan sukar digoyang?

Seorang Fisikawan akan menjawab spin atau gerak  pusaran pada materi, itulah yang memiliki sifat tersebut, sebab gerak berputar pada partikel sub nuklir pada materi pada umumnya menimbulkan momentum putar yang lestari. Sedangkan untuk aqwat dapat dipahami  sebagai catu muatan –muatan yang merupakan sumber kekuatan  atau gaya (gaya gravitasi, gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah, dan gaya elektomagnetis) dalam empat yaum ( tahapan).

Gaya-gaya tersebut berperan besar dalam pembentukan jagad raya yang kita kenal sekarang ini, 1) Gaya elektromagnetik bertanggung jawab atas terbentuknya atom, molekul dan benda. 2) Gaya nuklir kuat membentuk nukleon (zarah proton dan neutron) dalam semua inti atom.3)  Gaya nuklir lemah, berperan dalam gejala peluruhan radioaktivitas beta pada inti atom tertentu. 4) Gaya gravitas bekerja dalam semua partikel benda yang memiliki masa termasuk energy. Ketiga gaya tersebut tersebut dapat dijelaskan hubungan antara satu dengan yang lainnya melalui Quantum Field Theory (QFT) atau standard model, kecuali gaya gravitasi.  Sedangkan gaya gravitasi dapat diterangkan melalui Te

Namun jika hukum QFT diaplikasikan pada hukum GR hasilnya menjadi tidak masuk di akal. Perkembangan selanjutnya dikembangkanlah suatu teori yang mampu menjelaskan keempat gaya ini, yaitu teori dawai, atau string theory yang dipopulerkan oleh Stephen Hawking.

Penjelasan mengenai teori ini pun ternyata sudah tertulis dalam Al-Quran, yang ternyata jauh sebelum para ilmuwan berpikir mengenai teori-teori tersebut. Allah telah menjelaskan Sunatullah-Nya dalam firman-firman-Nya.

Sunatullah dalam teori-teori Fisika

Teori Relativitas Umum atau General Relativity Theory , membuka lembaran baru dunia sains di abad ke 20. Teori yang dicanangkan oleh Albert Einstein ini mengubah pemahaman dunia mengenai teori gravitasi Newton. Merujuk pada Teori Relativitas Umum, diketahui  bahwa setiap benda memiliki massa dan menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya melengkung. Teori ini telah membuka persepsi cakrawala baru mengenai cara pandang kita terhadap alam semesta, orbit planet-planet, evolusi bintang dan galaksi, teori Ledakan Besar (Big Bang), dan juga lubang hitam (Black Holes). Namun teori ini sendiri tidak dapat diaplikasikan bersama-sama dengan teori mekanika kuantum yang merupakan tiga gaya yang berpengaruh besar dalam pembentukan alam semesta.

Quantum Field Theory merupakan teori mekanika kuantum yang melandasi cara pandang kita secara teoritis mengenai perilaku partikel subatomik yang telah dipelajari dan diamati selama  separuh abad ke 20. Teori ini dapat mendeskripsikan secara tepat  perilaku dan kandungan partikel-partikel dasar. Tetapi teori ini sendiri hanya berlaku jika gravitasi begitu lemah hingga dapat ditiadakan. Teori partikel ini hanya bekerja pada saat kita menganggap gravitasi itu tidak ada.

Selama ini beberapa rumusan telah dikembangkan untuk mengawinkan kedua teori besar tersebut, namun menghasilkan rumusan matematis yang inkonsisten, kemungkinan-kemungkinan negative, dan ketakterhinggaan yang tidak bermakna.  Merujuk pada laman Supersymmetry Phenomenology by Hitoshi Murayama, dinyatakan bahwa kunci dari penggabungan kedua teori tersebut mungkin terdapat pada keberadaan supersymmetry antara partikel gaya dan materi.

Supersymmetry adalah sebuah teori yang menjelaskan bahwa pada setiap partikel terdapat superpartner yang memiliki gerak pusaran (spin) yang berbeda ½ putaran. Supersymmetry mampu menggabungkan tiga gaya, nuklir kuat, nuklir lemah dan elektromagnetik hingga menjadi seimbang dengan persentase akurasi yang tinggi.

Hal lain yang menarik dari Supersymmetry ini adalah keberadaannya merupakan syarat utama dari teori dawai (string theory), satu-satunya teori yang dapat menjelaskan keempat gaya pembentuk alam semesta.

Satu-satunya teori yang dapat menjembatani medan gravitasi dengan ketiga gaya lain adalah ketika diaplikasikan dalam superstring theory. Teori dawai mengungkapkan bahwa asal muasal partikel adalah sejenis dawai atau senar. Ia bisa tertutup, seperti lingkaran atau terbuka seperti sehelai rambut. Dawai bebas bergetar dan akibat getaran yang berbeda  menghasilkan partikel yang berbeda pula. Sebuah vibrasi atau nada membuat dawai muncul sebagai elektron dan lainnya sebagai proton. Dalam teori ini, partikel terbagi dalam dua kategori, yaitu boson (gaya) dan fermion (materi).

Boson hanya melingkupi partikel gaya semacam photon, pembawa gaya elektromagnetis, gluon, pembawa gaya nuklir kuat, dan graviton, pembawa gaya gravitasi, sedangkan fermion adalah partikel materi yang membentuk diri kita dimiliki oleh elektron atau quark. Getaran yang menghasilkan partikel  Boson berada pada 26 dimensi ruang waktu sedangkan fermion berada pada 10 dimensi ruang waktu.

Teori yang melandasi hal ini berawal dari Original string theory hanya berlaku pada Boson, tetapi dengan memperkenalkan supersymmetry dalam Bosonic String Theory, dapat diperoleh teori baru yang menjelaskan baik gaya maupun materi yang membentuk alam semesta ini. Supersymmetry adalah sebuah teori yang menjelaskan bahwa pada setiap partikel terdapat superpartner yang putarannya berbeda setengah putaran atau dengan kata lain dalam  Boson (partikel gaya) terdapat pasangan Fermion-nya (partikel materi), hal ini kurang lebih sama dengan kenyataan bahwa dalam materi terdapat anti materi. Teori yang melibatkan fermion dalam teori dawai di bagi dalam lima tipe yaitu tipe 1, tipe 2A, tipe 2B dan dua teori dawai heterotik. Teori dawai heterotik ini pula yang mengisyaratkan bahwa alam yang kita huni memiliki kembaran yang hanya dapat dihubungkan dengan medan gravitasi, walaupun demikian hukum alam  yang berlaku berbeda dari alam yang kita tinggali.

Pada perkembangannya string theory pun berevolusi menjadi beberapa teori-teori, menghasilkan Theory of Everything dan yang terbaru adalah M-theory yang dikembangkan oleh Edward Witten pada tahun 1995. Pada tataran fisika teoritis M-theory adalah proposal matematis yang menyatukan kelima superstring theory yang berdimensi sepuluh, menjadi teori tunggal yang berdimensi sebelas. Kesebelas dimensi itu adalah satu dimensi waktu, tiga dimensi ruang yang kita tinggali, dan tujuh dimensi parallel yang tersembunyi.

Maka benarlah penjelasan dalam Al-Quran dalam Q.S. Fushshilat ayat 12 : “Lalu diciptakan-Nya tujuh langit (tujuh ruang alam) dalam dua tahap, dan pada setiap langit (ruang alam) Dia  mewahyukan urusannya masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui”

Q.S At-Talaaq ayat 12 : “Allah yang menciptakan tujuh langit (tujuh ruang alam) dan tujuh bumi padanannya (materi masing-masing alam). Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu. ". [Tia Atisa, diintisarikan dari buku Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman oleh Prof. Achmad Baiquni, Msc. Phd]
 
sumber:http://www.artikel-keislaman.co.cc/2010/06/kelahiran-alam-semesta-dalam-al-quran.html

Senin, 21 Februari 2011

Fakta Laut di dalam Al Quran

(Deskripsi Ilmiah An-Nur:40)

Laut dalam (deep sea) adalah bagian dari laut yang sangat gelap. Hingga saat ini, laut dalam masih merupakan misteri bagi manusia. Penelitian di laut dalam sendiri hingga saat ini masih sangat terbatas. Beberapa penelitian menarik yang baru-baru ini dilakukan oleh para peneliti tentang laut dalam dapat dilihat di OceanExplorer.

Hal yang menarik, adalah ketika kita coba membuka Al-Quran surat An-Nur (surat ke-24) ayat 40, yang artinya:

atau seperti gelap gulita di lautan dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun".


Ada beberapa hal yang secara ilmiah menarik untuk dibahas yaitu:
  1. mengenai gelap gulitanya lautan dalam,
  2. ombak yang di atasnya ombak (pula),
  3. gelap gulita yang tindih-bertindih,
  4. apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya
  5. barang siapa yang tiada diberi cahaya, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun.
Pada tulisan kali ini, bersumber dari fakta ilmiah yang ada, saya akan mencoba membahas poin 1, 3, 4 dan 5 saja, adapun poin 2 akan dibahas kemudian pada artikel yang lain.

Gelap gulitanya laut dalam (deep sea) telah diakui secara ilmiah oleh para ilmuwan. Menurut para ilmuwan, air tidak hanya merubah warna sinar matahari, tapi ia juga secara dramatis merubah intensitasnya (kekuatannya). Di laut terbuka yang jernih, cahaya tampak (spektrum cahaya yang bisa dilihat oleh mata manusia), berkurang 10 kali setiap penambahan kedalaman 75 meter. Artinya, pada kedalaman 75 meter terangnya cahaya hanya tinggal 10% dibanding di permukaan, dan pada kedalaman 150 meter hanya tinggal 1% saja.

Gambar di samping kiri memberikan ilustrasi dasar bagaimana cahaya dengan warna-warna yang berbeda menembus air laut. Air akan menyerap warna-warna hangat seperti merah dan jingga (cahaya dengan panjang gelombang yang panjang) dan menghamburkan warna yang lebih dingin (cahaya dengan panjang gelombang yang pendek). (Sumber: OceanExplorer)

Kondisi cahaya akan mempengaruhi fungsi penglihatan manusia dan ikan-ikanan. Mata manusia, sebagai contoh, berfungsi dengan baik pada saat terang seperti siang hari hingga pada saat hanya terdapat bintang di langit, dengan kisaran kira-kira sebesar 12 orde magnitudo dimana setiap orde menyatakan 10 kali perbedaan. Jadi, secara teori, jika intensitas cahaya di laut berkurang 10 kali setiap penambahan 75 meter, maka mata manusia hanya akan mampu melihat hingga kedalaman 900 meter saja. Sementara itu, mata ikan laut dalam diperkirakan dapat berfungsi hingga kedalaman 1000 meter. Namun demikian, mata ikan memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik dan barangkali 10 hingga 100 kali lebih sensitif daripada mata manusia. Di kedalam lebih dari 1000 meter, ada beberapa binatang yang memiliki fungsi penglihatan yang mampu mendeteksi bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme hidup).

Makhluk laut yang mampu membuat cahaya terdapat di mana-mana. Bioluminescence sendiri merupakan hal yang lumrah karena ia memberikan kemampuan untuk mempertahankan diri yang sangat berarti bagi binatang yang bersangkutan. Di darat kita mengenal fenomena ini pada kunang-kunang. Cahaya ini membantu binatang untuk mencari makanan, menarik perhatian pasangannya dan mempertahankan diri dari serangan pemangsanya.

Kesimpulannya:
  1. Pengurangan intensitas cahaya 10 kali dengan penambahan kedalaman 75 meter, menjadikan laut dalam adalah tempat yang gelap gulita, selain itu pengurangan intensitas terhadap kedalaman ini menjadikan laut dalam mengalami kegelapan yang berlapis-lapis (tindih-bertindih).
  2. Kedalaman laut rata-rata adalah 3795 meter, artinya mata manusia sudah tidak akan sanggup untuk melihat apapun di laut dalam, karena secara teori manusia hanya akan mampu melihat hingga kedalaman 900 meter saja. Hal ini yang dalam surat An-Nur diumpamakan sebagai tak mampu melihat tangannya sendiri.
  3. Fenomena bioluminescence menunjukkan bahwa para penghuni laut dalam masih mampu untuk melakukan aktivitas sebagai makhluk hidup meskipun ia tinggal di kondisi yang gelap gulita. Hal ini karena mereka diberi kemampuan untuk membuat cahaya secara alamiah. Hal ini yang dalam surat An-Nur digambarkan dengan kalimat: barang siapa yang tiada diberi cahaya, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun. Artinya: barang siapa yang diberi cahaya, maka ia akan mempunyai cahaya. Sepertinya ini sebuah gaya bahasa yang sangat puitis dalam menggambarkan sesuatu.
Daftar Pustaka:
  1. Quran Viewer versi 2.9, Jamal Al-Nasir, DivineIslam.com, 2002.
  2. The Oceans, Ellen J. Prager, McGraw-Hill, 2000.
  3. Deep Light, Edith Widde, Ocean Explorer, 2005
sumber :http://agusset.blogspot.com/2005/09/fakta-laut-dalam-deskripsi-ilmiah.html

makanan bagi hati

''Ingatlah bahwa dalam tubuh terdapat sepotong daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ingatlah, sepotong daging itu adalah hati.'' (HR Bukhari).

Dalam hadis di atas, Rasulullah SAW menggambarkan betapa hati mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam diri seseorang. Pantaslah kiranya, jika ia dapat disebut sebagai parameter dari segala aktivitas manusia. Hati dalam hadis di atas bukanlah hati dalam bentuk fisik yang berfungsi sebagai penyaring racun dalam tubuh. Hati yang dimaksud adalah hati yang dapat mengantarkan seseorang pada keadaan yang penuh ketenangan, kedamaian, ketenteraman, dan bahkan pada sebuah yang cinta abadi.
Secara leksikal, kata hati adalah hasil terjemahan dari qalb (kalbu). Kalbu merupakan bentuk masdar dari fiil qalaba-yaqlibu-qalban, yang berarti membalikkan, mengubah, memalingkan, dan mengalami perubahan. Pemaknaan etimologis tersebut tidak jauh dari latar belakangnya yang cenderung selalu berubah-ubah.

Kalbu adalah lokus dari kebaikan dan kejelekan, kebenaran dan kesalahan. Hati dalam bentuk ruh atau lathifah adalah sesuatu yang halus, tidak kasat mata, tidak dapat diraba, dan bersifat rohani rabbani.

Lathifah tersebut merupakan hakikat dari diri manusia. Ia adalah salah satu komponen manusia yang berpotensi memahami, menyerap, atau memersepsikan segala hal yang ditujukan kepadanya dan akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan kata lain, hati menunjukkan sentralitas dalam diri manusia sebagai pusat kepribadian dan membuat manusia menjadi manusiawi. Untuk mengenali seseorang, apakah hatinya tenteram atau tidak dapat dikenali dari segala tingkah laku fisik mereka. Karena segala tingkah laku seseorang bersumber dari panggilan atau bisikan suara hatinya (shaut al-dlamir).

Bagi orang yang bertingkah laku Qurani, berarti hatinya tenteram, dan bagi orang yang bertingkah laku syaithani maka dalam hatinya tidak ada rasa tenteram yang menyelimutinya.

Kecenderungan hati ditentukan oleh ''makanan'' apa yang dikonsumsinya. Karena sebagaimana tubuh, hati juga butuh makan. Tetapi, bukan berbentuk konkret seperti nasi, roti, keju, dan lain sebagainya. Makanan untuk hati dapat dilakukan berupa dzikrullah (banyak mengingat Allah).

Allah SWT berfirman, ''(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (dzikrullah). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram.'' (QS Al-Radu: 28). Bila dalam sehari semalam sedikitnya kita memerlukan makanan sebanyak tiga kali plus camilan, berapa kali dalam sehari Anda memberi ''makan'' hati Anda?

Sumber: Republika, sebagaimana dikutip oleh Abdussalam http://sigitwahyu.net/hikmah/makanan-hati.html